Tragis!! Kisah Bayi Naila Yang Meninggal di Antrian Rumah Sakit - Bayi Naila mengembuskan napas terakhir di ruang tunggu
Rumah Sakit Umum (RSU) Lasinrang, Pinrang, Sulawesi Selatan, pekan lalu. Rumah sakit lelet menolong bayi berusia dua bulan sepuluh hari, padahal sakit sesak napas yang dideritanya sudah sangat memprihatinkan.
Alih-alih menangani bayi Naila, pihak rumah sakit justru meminta surat keterangan miskin dari orangtua Naila. Pada saat-saat kritis itulah, bayi Naila yang berada pada antrean nomor 115 meninggal dunia.
Berikut 4 cerita tragis
bayi Naila meninggal di rumah sakit seperti dirangkum merdeka.com, Sabtu (2/10):
1. Tidak diberi pertolongan di Puskesmas, langsung dirujuk Cerita pilu itu bermula ketika Naila yang baru berusia dua bulan sepuluh hari mendadak sesak napas, sejak Senin 28 Oktober lalu. Melihat kondisi buah hatinya tak kunjung membaik, kedua orangtua Mustari dan Nursia lantas berpikir membawa Naila berobat.
Karena keterbatasan biaya, mulanya Naila hanya diperiksa seorang bidan di dekat tempat tinggal mereka di Dusun Patommo, Desa Kaliang, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Karena melihat kondisi Naila, si bidan meminta Mustari dan Nursia membawa ke Puskesmas Lampa, yang ada di perkampungan mereka.
Naila dibawa ke puskesmas, pada Rabu pagi.
"Sampai di sana, diperiksa sama dokternya tapi tidak dikasih pertolongan apapun malah dikeluarkan surat rujukan ke Rumah Sakit Umum Lasinrang, Pinrang," cerita Mustari kepada merdeka.com, Jumat (1/11).
Akhirnya, mereka menuruti rujukan itu. Dalam keadaan sekarat tanpa bantuan tabung oksigen, bayi itu dibawa menggunakan mobil pribadi milik tetangga Mustari.
2. Disuruh ambil nomor antrean Sesampainya di rumah sakit, Mustari malah disuruh ikut mengambil nomor antrean. Padahal kondisi Naila semakin menurun. "Saya sudah mohon-mohon anak saya duluan, saya bilang kondisi anak saya sudah parah, saya bilang kasihani kami, tapi petugas loket bilang nggak bisa begitu harus tetap mengantre. Akhirnya saya ambil antrean, nomor 115. Sementara yang diperiksa baru antrean 95," keluh pria yang berprofesi sebagai petani ini.
3. Meninggal dalam antrean Melihat kondisi Naila semakin memburuk, Mustari kembali mendatangi loket dan meminta diberikan prioritas. Tapi malah ditanya segala macam surat menyurat yang menerangkan Mustari berasal dari keluarga miskin.
"Ditanya kartu keluarga, tapi saya bilang di Lampa. Saya bilang tolong dulu anak saya, kalau sudah nanti pasti saya ambil surat-surat itu. Tapi mereka menolak," ujar Mustari.
Tak kunjung mendapat pertolongan karena berbagai persyaratan administrasi harus dipenuhi, akhirnya Naila yang terbaring lemah di pangkuan ibunya mengembuskan napas terakhir.
"Sekitar dua jam habis waktu ngurus surat-surat, sekitar pukul 10 lewat, Naila meninggal. Saat itu baru ada suster menolong, ya mau apa lagi," pungkasnya.
4. Tak ada minta maaf Hati Mustari kala itu bercampur kesal dan marah karena rumah sakit tidak menangani bayi Naila. Tapi dia berusaha tegar.
"Ya kan mau apa lagi, dia sudah meninggal," ucap ayah dari empat anak ini lirih.
Lalu bagaimana sikap rumah sakit setelah tahu Naila sudah tak bernyawa? "Nggak ada minta maaf, ya mau gimana lagi," ujarnya.
Yang membuatnya semakin kesal, saat akan meminta ambulans untuk mengantarkan dirinya dan jasad Naila ke rumah, lagi-lagi harus melalui proses panjang walaupun akhirnya memang diberikan. |
merdeka.com